Kamis, 28 Oktober 2010

Cita-cita Violet

Ada setangkai violet yang molek dan harum, hidup dengan tenteram diantara teman-temannya dan terayun-ayun dengan bahagia di tengah bunga-bunga lainnya dalam taman yang sunyi. Suatu pagi saat mahkotanya dihiasi dengan butir-butir embun, dia menengadahkan kepalanya dan memandang sekitar; dia melihat setangkai mawar yang tinggi lagi tampan tegak dengan angkuh dan menjangkau tinggi kedalam langit, laksana sebuah suluh terbakar didalam sebuah lampu zamrud.
Violet membuka bibir birunya dan berkata, "Alangkah sialnya aku diantara bunga-bunga ini, dan betapa kedudukan yang kutempati dalam kehadiran mereka! Alam menciptakanku begitu pendek dan miskin... Aku tinggal begitu dekat dengan bumi dan aku tak bisa mengangkat kepalaku kearah langit biru, atau memalingkan parasku ke matahari, seperti yang dilakukn mawar."
Mawar itu mendengar kata-kata tetangganya; dia tertawa dan menyahut, "Alangkah aneh ucapanmu! Kau beruntung, tapi kau tak bisa memahami keberuntunganmu. Alam menganugerahkan padamu wewangian dan keindahan yang tidak ia berikan kepada apasaja yang lain... Sisihkanlah pikiranmu dan merasalah puas, dan ingat bahwa dia yang merendahkan hatinya akan jadi mulia, dan dia yang memuliakan dirinya akan jadi hancur."
Violet menjawab, "Kau menghiburku karena kau memiliki apa yang kuidamkan... Kau mencoba menyakitkan hatiku dalam pengertian bahwa kau besar... Betapa kesakitan adalah penyebaran kata-kata nasihat dari orang yang beruntung untuk hati yang sengasara! Dan betapa kesahajaan adalah kekuatan manakala ia berdiri sebagai pensaihat diantara yang lemah!"

***

Alam mendengarkan percakapan antara violet dan mawar; ia mendekat dan berkata, "Apa yang terjadi padamu, anak permpuanku violet? Biasanya kau manis dan rendah dalam semua perbuatan dan kata-katamu. Apakah ketamakan telah memasuki hatimu dan mematirasakan pengertisn-pengertianmu? Dengan suara yang memohon, violet menjawabnya, sambil berkata, "Wahai ibu yang agung dan mulia, penuh kasih dan simpati, kumohon padamu, dengan segenap hati dan jiwaku, untuk mengabulkan permohonanku dan mengijinkanku untuk menjadi setangkai mawar pada suatu hari kelak?"
Alam menanggapi, "Kau tidak tahu apa yang kau cari; kau tak sadar menyembunyikan malapetaka dibalik ambisi butamu. Andaikata kau setangkai mawar kau akan menyesal, dan penyesalan akan bermanfaat bagimu kendatipun sia-sia." Violet bersikeras, "Ubahlah aku menjadi setangkai mawar yang tinggi, karena aku ingin mengangkat tinggi kepalaku dengan bangga; dan tanpa menghiraukan kebencianku, itu akan menjadi perbuatanku sendiri." Alalm mengalah, berkata,," Wahai violet yang bodoh dan memberontak, akan kukabulkan permohonanmu. Tapi jika malapetaka menimpamu, keluhanmu akan kau tanggung sendiri."
Kemudian alam meregangkan jari jemari misterius dan magisnya, menyentuh akar-akar violet, dengan serta merta menjadi setangkai mawar yang tinggi,bertambah tinggi diatas semua  bunga-bunga lain ditaman itu.
Pada senja hari, langit menjadi tebal oleh mendung hitam dan elemen-elemen yang tinggi terganggu keberadaannya oleh guntur, dan mulai menyerang taman itu, mencurahkan hujan lebat dan angin keras. Prahara mencabik dahan-dahan dan menumbangkan tanaman-tanaman serta mematahkan tangkai-tangkai bunga yang tinggi kecuali hanya sedikit tanaman yang tumbuh dekat bumi yang ramah. Kesunyian taman itu sangat menderita karena langit memberontak, dan ketika angin ribut mereda langit kembali cerah, semua bunga-bunga porak peranda tak satupun dari mereka luput dari kemurkaan alam kecuali sekelompok violet-violet kecil terlindungi tembok taman itu.

***
Seraya menengadahkan kepalanya dan memandang tragedi yang menimpa bunga-bunga dan pepohonan, salah seorang dari gadis-gadis violet tersenyum dengan bahagia dan menyuruh teman-temannya berkata,; saksikanlah apa yang telah dilakukan prahara terhadap bunga-bunga angkuh itu!" Violet yang lain berkata, "Kita memang kecil, dan tinggal berdekatan dengan bumi, tapi kita selamat dari kemarahan langit." Dan seorang yang ketiga menimpali, "Justru karena kita pemdek maka prahara-prahara itu tidak dapat menguasai kita."
Pada saat itu ratu violet melalui sisinya violet yang berubah itu, dicampakkan kebumi oleh guntur dan berubah bentuknya diatas rumput basah seperti seorang serdadu kepayahan disuatu medan pertempuran. Ratu violet itu menengadahkan kepalanya dan memanggil keluarganya, sambil berkata, "Lihatlah, anak-anak perempuanku, dan renungkanlah Ketamakan violet itu yang telah menjadi setangkai mawar selama satu jam. Ingat-ingatlah peristiwa ini sebagai surat peringatan untuk nasib baikmu."
Mawar sekarat itu bergerak untuk menghimpun sisa-sisa tenaganya, dan dengan diam-diam dia berkata, "Kau merasa puas dan penurut orang-orang tolol; aku tak pernah gentar akan prahara itu. Kemaren akuun merasa puas dan senang dengan Sang Hidup, meskipun Kepuasan telah bertindak sebagai suatu tabir antara eksistensiku dengan prahara-prahara Kehidupan , yang mengikatku pada suatu ketentraman hambar dan lamban serta ketenangan pikiran. Aku telah dapat hidup dengan kehidupan sama yang kau jalani sekarang dengan berpegang teguh kepada ketakutan terhadap bumi... Aku telah mengharapkan
musim dingin menyelimutiku dengan salju dan menyerahkanku kepada Kematian, niscaya akan di -hak-i semua violet... Kini aku bahagia karena telah memeriksa sisi luar dunia kecilku menjadi mysteri Alam Semesta... sesuatu yang tak pernah aku lakukan. Aku telah dapat melupakan Ketamakan, bahwa alam lebih tinggi dari pada diriku, tapi seraya aku mendengarkan kesunyian malam, kudengar dunia-yang-menyenangkan berbicara kepada dunia profan ini, berkata, 'Cita-cita diseberang eksistensi adalah tujuan utama dari kemahklukan kita.' Pada saat itu jiwaku memberontak dan hatiku mendambakan suatu posisi yang lebih tinggi dari pada eksistensiku yang terbatas. Aku sadar bahwa jurang ngarai yang dalam sekalipun tak dapat mendengar nyanyian bintang-gemintang, dan pada saat itu aku mulai bertempur melawan kekerdilanku dan mengidamkan yang tak ku punyai, sehingga pemberontakanku berubah menjadi suatu kekuatan besar, dan kerinduanku menjadi suatu keinginan penciptaan... Alam, adalah benda besar dari mimpi-mimpi kita yang mendalam, mengabulkan permohonanku dan mengubahku menjadi setangkai mawar dengan jemari-jemari magisnya."
Mawar itu diam beberapa saat, dan dengan suara lemah, bercampur dengan kebanggaan dan keberhasilannya, ia berkata, "Aku telah hidup selama satu jam sebagai setangkai mawar yang angkuh; aku telah eksis untuk sesaat laksana seorang ratu; aku telah memandang Semesta Raya dari balik mawar itu; aku telah mendengar bisikan cakrawala melalui telinga daun-bunga mawar. Adakah disana kehormatan apasaja yang bisa diakui disini?" Setelah berkata demikian, ia menundukkan kepalanya, dan dengan suara tercekik ia terengah-engah, "Aku akan mati sekarang, karena jiwaku telah mencapai tujuannya. akhirnya aku telah memperluas pengetahuanku kesuatu dunia di seberang lorong-besar terbatas dari kelahiranku. Ini adalah tujuan Hidup... Ini adalah rahasia Eksistensi." Kemudian mawar itu menggigil, dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan seulas senyum pengabulan harapan dan tujuan dalam kehidupannya... seulas senyum kemenangan... seulas senyum Tuhan. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar